SUKABUMI – Pemerintah Kota (Pemkot) Sukabumi menerima kunjungan tim Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), di Ruang Utama Balai Kota Sukabumi. Momen tersebut dalam rangka memetakan kasus stunting di Kota Sukabumi untuk percepatan penanganan.
Hadir dalam momen itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi, Reni Rosyida Muthmainnah, Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (Dalduk P3A) Rina Hestiana, dan instansi terkait lainnya.
Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Sukabumi, Hasan Asari, menyampaikan bahwa berdasarkan data SSGI pada 2021, prevalensi stunting 19,1 persen. Kemudian pada 2022 menjadi 19,2 persen berada di bawah provinsi dan nasional. Sedangkan pada 2023 mengalami kenaikan sebesar 7,7 persen sehingga angka prevalensi stunting menjadi 26,9 persen.
”Kota Sukabumi dengan luas wilayah 48,33 km2 itu tidak terlepas dari permasalahan serius terkait generasi penerusnya, salah satunya stunting,” ujar Hasan.
Berdasarkan data aplikasi online Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), jumlah keluarga tahun 2023 sebanyak 91.339 keluarga dan yang beresiko stunting 32.625 keluarga berdasarkan hasil verval KRS.
“Sementara untuk jumlah seluruh balita yang diukur pada bulan Juni ada 20.239 balita, dan balita stunted pada Juni 1.291 serta prevalensi stunting di angka 6,38 persen,” jelasnya.
Untuk menangani stunting itu dilakukan berbagai langkah, di antaranya intervensi sensitif dan spesifik. Untuk sensitif, kata Hasan, berupa pelaksanaan Surveilans Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT), Sarana Air Bersih (SAB) di lima lokasi (40 KK), peningkatan mutu kualitas vaksin dengan vaccine refrigerator, penyuluhan dan pelayanan KB lalu integrasi layanan primer, terakhir penyusunan SOP tatalaksana balita dengan masalah gizi tumbuh dan kembang.
“Nah untuk spesifik itu diantaranya pemeriksaan tumbuh kembang serta kondisi kesehatan balita yang jadi sasaran dan lain-lain. Sementara untuk lokus stunting di Kota Sukabumi pada 2023 itu enam kelurahan, lalu 2024 12 kelurahan dan 2025 15 kelurahan.
Aksi percepatan penurunan stunting juga terus dilakukan Pemkot Sukabumi. Untuk kegiatan sensitif, lanjut Hasan, antara lain koordinasi dan kolaborasi, jaminan kesehatan masyarakat, bantuan sosial, pelayanan KB pasca persalinan dan peningkatan kapasitas tim pendamping keluarga untuk pendampingan keluarga beresiko stunting.
“Untuk spesifiknya yakni peningkatan skrining kesehatan dan anemia remaja putri, pemberian PMT berbahan lokal bagi balita gizi kurang, ibu hamil KEK, pemantauan tumbuh kembang dan tata laksana balita gizi buruk. Berikutnya pemeriksaan kehamilan, dan konsumsi TTD remaja putri, ibu hamil dan calon pengantin,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua tim SSGI, Firza Marhamah, menjelaskan bahwa kedatangannya ke Kota Sukabumi yakni untuk melaksanakan survei yang tujuannya untuk menghasilkan data, kemudian akan dilakukan survei secara menyeluruh.
“Upaya ini dilakukan ke 7 kecamatan. Dilaksanakan 43 hari ke depan dan semoga bisa mendapatkan hasil yang terbaik untuk Kota Sukabumi,” singkatnya.